Pisah Untuk Selamanya
Angin berbisik lirih
Senja temaram menghampiriku
Ranting pohon menggugurkan daunnya
Sedih, pilu, tatapan nanar
Sejak sajadah digelar
Tak terasa butiran air mata mengalir
Tak terasa butiran air mata mengalir
Helaan nafasku tersengal
Nilwan Zein, namamu terukir indah di sanubari
Begitu banyak kenangan tergambar indah
Masa remaja ceria bersama
Persahabatan kita bagai pelangi
Hingga kita rengkuh indahnya dalam lengkung pelangi
Di sini
Di atas batu nisan jadi saksi bisu
Betapa kuatnya persahabatan kita
Menjelang malam, sejak sajadah digelar
Getaran dada semakin menyesakan
Kini kau telah pergi
Di sini
Ku lihat dua anak yatim menangis
Istrimu , terdiam lesu dengan tatapan hampa
Kau pergi begitu cepat...
Sang Maha Kuasa lebih mencintaimu
Hanya untaian doa yang dapat terucap
Selamat jalan sahabat kecilku
Waktu telah memisahkan kita
Semoga kau tenang di surga
Subhanallah, cantik Bun puisinya.
BalasHapusTerimakasih Bu
BalasHapus