Melihat angka empat, pikiranku kembali melayang pada kisah masa kecil yang tidak akan terlupakan sampai kapanpun. Kisah bermula ketika aku masih berusia 5 tahun, waktu itu belum ada sekolah Taman Kanak-kanak. Aku belajar membaca dan menghitung dari bibiku yang seorang guru. Aku ingat tiap kali belajar menulis, pasti bibi selalu mencari benda yang akan membuatku mudah ingat. Salah satunya kursi, kok kursi?. Dengan kursi inilha aku selalu ingat angka empat. Jangan dibayangkan kursi sofa yang empuk ya. Kursi di sini adalah kursi kayu buatan kakek, lebih mirip seperti kursi sekolahan. Kursi buatan kakek sangat berat, maklum terbuat dari kayu jati. Kursinya pun awet masih ada sampai sekarang tersimpan di rumah bibi. Selain angka empat, setiap melihat kursi itu aku selalu ingat huruf H kecil.
"Teteh, ayo sini belajar menulis angka" Sahut bibi dari ruang keluarga
Aku bergegas keluar kamar sambil membawa buku dan pensil. Bibi selalu mengajari aku setiap habis shalat ashar, karena bibi suka lelah sepulang pengajar. Waktu itu bibi belum menikah tetapi sudah menjadi seorang guru. Semua waktunya dia curahkan untuk mengajariku segala hal. Belajar mengaji, belajar menulis dan membaca, belajar membersihkan rumah, belajar memasak. Walaupun usiaku masih kecil tetapi bibi sudah memperkenalkan semuanya, walaupun baru sebatas membantu memasak, membantu merapihkan tempat tidur. Kegiatanku sewaktu kecil semuannya sudah dijadwal oleh bibi, jadi aku harus mengikuti peraturannya. Bibi sangat pengertian, kalau aku sudah cape, maka bibi akan menyuruhku tidur atau main bersama teman-teman.
Kembali ke cerita belajar nih. Hari ini aku belajar angka empat, bibi pun memberi contoh di buku tulis. Aku yang masih kaku memegang pensil pun dituntunnya. Agak susah juga sih menulis angka empat karena ada beberapa langkah yang harus ditulis.
"Bi,,,susah nulisnya" Sahutkua
"Belajar yang sabar nanti juga bisa" Jawabnya
Tanganku terus dituntunnya agar aku bisa menulis angka empat
"Ayo belajar sendiri" Sahut bibi sambil melepaskan tangannya
"Nulisnya sampai bawah ya" Sahut Bibi sambil menunjukan buku tulis yang masih kosong
Aku pun belajar menulis angka empat, ih kok jelek ya? Angkanya kebesaran, Kami pun tertawa bersama sambil melihat hasil tulisannku.
Tiba-tiba bibi berkata "Coba lihat kursi itu" Sahut bibi sembari menunjuk kursi makan yang ada di ruang makan
"Kenapa kursinya Bi" Sahutku sambil melihat kursi dengan heran
"Lihat bentuk kursinya" Sahut Bibi
Aku masih binggung dan belum mengerti apa maksud dari yang di ucapkannya. Melihat aku yang masih kebinggungan, akhirnya bibi beranjak dan membawa kursi, apa yang terjadi?? ternyata kursinya di balikan oleh bibi
"Lihat,,,sekarang kursinya jadi seperti angka empat kan"? Tanya Bibi
Aku melihat kursi sambil terus berpikir "Oh,,,ya seperti angka empat ya" jawabku
"Hebat, pintar " Seru Bibi memuji
Aku pun senang di bilang pintar oleh bibi. Aku melanjutkan menulis angka empat sampai satu lembar, walaupun tulisannya masih acak-acakan.
Semenjak itu tiap kali melihat kursi kayu aku selalu ingat angka empat. Terima kasih bibi atas semua ilmu yang telah diberikan kepadaku. Kini kau telah tiada tetapi semua ilmu yang kau berikan masih tertanam dalam hati.
Angka empat yang sekarang tidak lagi seperti kursi, he he he.
BalasHapushe,,he,,,
BalasHapusMasa kecil yang indah.. Keren ceritanya
BalasHapusIya dulu angka 4 yang terbuka identik dengan kursi kebalik. Kalau lihat angka 4 sekarang. Apanya yang mirip ya? Harus cari benda lain he he
BalasHapusiya... angka 4 itu seperti kursi, kalo angka 3 katanya seperti burung, sampai sekarang saya ga ngerti koq bisa ya??? he..he..
BalasHapusBibinya keren. Mengajarkan anak dengan benda sekitar yang konkrit.
BalasHapusDulu juga sering bingung bun knp angka 4 dibilang mirip kursi, trnyta kursi terbalik
BalasHapusBelajar yang dikaitkan dengan apa yang ada di sekitar memang lebih mudah diingat ya, Bu. Luar biasa cara mengajarnya sampai membalikkan kursi jati yang berat. Hee
BalasHapusTerima kasih sudah mampir.
BalasHapusawal sekolah,,,Menginggat angka 4 dengan kursi terbalik,,,
BalasHapusBetul sekali, dulu diajarkan nulis angka 4 memang seperti kursi terbalik
BalasHapuskursi terbalik memang kaya angka empat. Susah ya buatnya. Sini kuajarin sama Om Beje
BalasHapusSaya praktekkan kepada anak saya,
BalasHapusDan kemudian saya tanya,
Ini angka berapa Kak,
(anak saya mikir lama)
Jawaban yang keluar adalah kursi terbalik, yah!
hehehehe....
Tidak kontekstual dengan anak jaman sekarang.
Namun cukup bernostalgia saya dengan pemahaman angka 4 dari sebuah kursi yang dibalik
Sehat selalu Bu Ai