RESUME MENULIS GEL 17

Rabu, 23 Juni 2021

HANYA SATU PINTAKU






Ini adalah tulisanku yang pertama di kegiatan Kamis Menulis. Kemana aja???  ada sih, cuma rasanya setiap tulisan yang aku tulis tidak bermakna. Terkadang selesai menulis aku hapus lagi dan akhirnya malas menulis. Kok bisa begitu ya??? itulah yang sering aku dengar dan aku baca di chattingan dengan sahabatku. Moodku hilang entah kemana, berulang kali aku berusaha agar bisa bangkit, berulang kali pula aku gagal. 

Aku tetap berusaha bertahan bergabung di grup Menulis, hanya satu tujuanku adalah agar aku tetap bisa menulis dan berdiskusi dengan para sahabat penaku. Apa yang membuat aku jadi malas??? susah aku jawab dan takut aku ungkapkan, cukup dalam hati saja.

 Begitu sakitkah? hingga membuatmu terpuruk?? begitu tanya sahabatku

Dia selalu bertanya dan terus memotivasi. Bahkan dia selalu menantikan karya tulisanku

Apakah ini yang dinamakan stress?? itu yang selalu terbersit dalam pikiranku

Aku berusaha sekuat tenaga untuk tetap berpikir positif dan selalu menghindari membaca dan menonton berita yang dapat menambah sakitku.

Aku butuh orang yang mau memahami jalan pikiranku. Suamiku ? terkadang dia juga tidak paham dengan apa yang aku rasakan. Kita sering beda pendapat dalam segala hal. Akhirnya aku telan sendiri masalah yang menimpaku. Hanya lewat tulisan aku bisa mengungkapkan segalanya.

Tulisan yang aku buat mungkin untuk sebagian orang hanya menceritakan aib saja, atau mungkin terlalu lebay dan melow. Nah itulah yang akhirnya membuatku malas menulis lagi. Banyak tulisanku tapi tidak berani dipublikasikan.

Aku berharap dengan mulai menulis lagi di sini, moodku bisa bangkit lagi

Aku akan menulis tentang pengalaman hidup bersama virus kok bisa???

Apa itu virus? kok sekarang rasanya semakin ramainya dan grafiknya semakin naik.

Negara kita bahkan seluruh dunia sekarang sedang di serang virus yang bernama Virus Covid-19. Dua tahun lebih kita semua harus hidup bersama virus itu. Hanya orang yang memiliki imun tinggi yang akan kuat. Sudah dua angkatan aku kehilangan momen dengan para siswa dikarenakan kita semua harus melakukan pembelajaran Daring. Hanya sesekali aku bertemu dengan siswa itu pun dalam waktu yang singkat dan tetap harus menjalani prokes yang ketat. Bagaimana berkomunikasi dengan mereka?. Hanya dapat dilakukan lewat handphone saja.

Dulu saat pertama wabah ini ada, aku hanya dapat melihat di berbagai media. Tidak pernah terbayangkan akan ada virus Covid di sekitarku. Sampai akhirnya tetanggaku di depan rumah satu keluarga terpapar. 

Aku semakin strees karena orang di sekitarku semakin banyak yang terpapar covid. Tadi malam ada kabar bahwa mantan. RW dilingkunganku meninggal terpapar covid. Selama dua minggu ini dilingkunganku sedang banyak orang yang terpapar virus. Saya pun demikian, adik dan keluarganya terkena covid. Ya Allah,,,,astagfirulloaladzim

Sedih, kesal pokonya semua perasaan muncul dalam hati. Ada sedikit perasaan berdosa  dalam hati mungkinkah ini akibat aku melakukan perjalanan  jauh ( mudik)? 

Sebelum kami sekeluarga melakukan perjalanan  jauh kami di swab terlebih dahulu untuk jaga-jaga.  Ketika kami pulang pun kami sekeluarga di swab lagi. Bahkan semua prosedur kami lalui. Sudahlah mungkin semua ini adalah teguran dari Allah karena aku sudah abai. 

Sampai akhirnya adikku sakit panas selama 4 hari. Awalnya dia tidak mau di bawa ke rumah sakit. Hanya mau berobat jalan saja.  Akhirnya pertahanan badan adikku semakin menurun, demam tinggi, badan pegal-pegal, batuk kering dan dilarikan ke rumah sakit. Selama di rumah sakit aku yang menemani. Kesal juga hampir 24 jam adikku tertahan di IGD.  Kok bisa ya? itu dikarenakan rumah sakitnya sedang penuh dan banyak pasien yang positif covid.

Dengan rasa penasaran, aku memberanikan diri bertanya kepada dokter, dan ternyata hasil swabnya positif. Apa yang harus aku lakukan ketika adikku dinyatakan positif Covid? Aku binggung harus berbuat apa.  Aku penasaran dengan hasil rontgenya, akupun memberanikan diri bertanya kepada dokter. Dengan penjelasan yang sangat jelas aku pun mengerti dan ternyata adikku menunjukan gejala covid. Hasil rontgennya pun terdapat banyak bercak putih di sekitar paru-paru dan ada pembengkakan.

Adikku berontak, dia bilang ini permainan, dia merasa "di Covidkan" . Aku kesal dengan adikku, mana ada seorang kakak yang tega berbuat begitu kepada adiknya. Aku hanya mengelus dada. Aku benci dengan kata-kata nyinyir orang yang selalu bilang "di Covid kan". Seolah-olah adikku jadi tumbalnya.

Di rumah pun sedang kacau karena istri adikku sedang sakit dengan kedua anaknya. Bagaimana dengan kedua orang tuaku? Abahku baru keluar dari rumah sakit juga dan aku yang mengurusnya. Ya....Allah berilah aku kekuatan, jeritku dalam hati. Aku harus kuat, aku harus sehat.

Aku yang terakhir kontak dengan adikku harus berhati-hati. Dokter pun menyarankan aku untuk di swab. Di swab  lagi? Ya...Allah ,,, aku pasrah, aku berserah dan berdoa, hanya kepada-Mu aku memohon pertolongan. Akhirnya adikku dipindahkan ke ruang isolasi. Aku pulang ke rumah, suami dan anak-anak menunggu dalam kecemasan. Aku bingung harus bagaimana??? pokoknya kacau

Aku memberanikan diri menelepon Bu RT dan melaporkan semua kejadian yang telah aku alami. Alhamdulillah ada solusi. Dengan penanganan sangat cepat kami sekeluarga ke esok harinya melakukan swab antigen di puskesmas. Alhamdulillah hasil swab kami negatif, kami semua merasa lega. Keesok harinya adik iparku beserta anaknya di swab juga hanya jenisnya berbeda, mereka di swab PCR. Selam menunggu hasil swab PCR mereka harus isoma, setelah 5 hari akhirnya kita pun dapat kabar yang sangat mengejutkan, ternyata adik iparku dan ke dua anaknya positif covid. 

Semakin kacau perasaanku, karena sebelum ada hasil swab nya mereka masih kontak dengan kami. Maklum rumah kami berdekatan dan kedua anakknya juga begitu akrab dengan anak-anakku. Akhirnya mereka semua isoma di rumah dan dalam pengawasan petugas gugus Covid dan puskesmas. Banyak  suara-suara sumbang dari tetanggaku, aku pun berkonsultasi dengan tetangga yang seorang dokter. Akhinya kami dua keluarga melakukan isoma. Hanya bedanya keluarga aku masih bisa keluar rumah guna memenuhi kebutuhan adikku walaupun hanya sebentar. Hari ini adalah hari ke 14 adikku melakukan isoma. Besok dia harus cek-up lagi ke rumah sakit. Namun adikku ragu karena di rumah sakit yang akan dituju sedang banyak menangani pasien covid. Tepat 14 hari adikku melakukan isoma sudah ada 4 orang tetangga aku yang meninggal dunia karena covid. Inalillahi wainaillaihirojiun

Dari pengalamanku hanya satu pintaku, semoga wabah pandemi ini segera berlalu. Kita semua sudah lelah menghadapinya. Kita mencegah namun yang lain abai. Kita sehat, belum tentu orang lain. Tetaplah menjaga solidaritas dengan tetangga karena bukan hanya kesehatan yang menurun tetapi psikologis kita juga kena. Tetaplah menjaga Iman, Imun dan Aman.

Satu yang ku pinta kapankah aku bisa menghirup udara bersih yang bebas dari virus corona?

Satu yang ku pinta kapankah aku bisa bercengkrama bebas dengan siswaku, aku rindu suara kalian, aku rindu ruang kelas yang selalu mengisi hari-hariku. Aku benci, aku kesepian.




14 komentar:

  1. Ya Allah, ikut prihatin. Yg sabar ya Bu. Semoga ibu dan keluarga segera dibebaskan dari virus yg jahat itu. Aamiin..

    BalasHapus
  2. Hatur nuhun Ambu. Barusan dapat kabar tetanggaku meninggal kena Covid juga, rasanya belum kering air mataku, sudah disusul lagi ada kabar duka. Purwakarta masuk zona merah. Perumahanku juga zona merah dan terus di pantau team gugus tugas Covid.

    BalasHapus
  3. Ya Allah Ya robb, semoga semua cepat berlalu

    BalasHapus
  4. Sabar bunda badai pasti berlalu.dan smg pinta bunda n kita semua terkabul.kita bisa bercengkrama dengan siswa kita,rindu bisa terobati. Smg adik dan kg tetangga kita yg terjangkit covit sehera sehat dan bebas dari virus tersebut.aamiin

    BalasHapus
  5. Sabar Bu Ai Drumband.
    Semoga kita semua diberikan kesehatan
    Udara akan kembali bersih.
    Serta yang sakit segera disembuhkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga semua akan kembali normal ya, biar nggak strees lagi.

      Hapus
  6. Ba Ai, korona memang merampas segalanya. Hanya kesabaran yang bisa menghilangkan resah kita karena corona.

    BalasHapus
  7. Saya kagum pada pengembangan alur cerita selalu lancar. Mantap Bun. Salam Literasi

    BalasHapus
  8. Semangat bunda, tinggal disatukan yg terserak tulisannya

    BalasHapus
  9. Tetap semangat Bu Ai, korona memang ada tapi kadang masyarakat memandang negatif yang terkena. Ini yang membuat orang down.

    BalasHapus
  10. Semangat bun semoga pandemi segera sirna dari bumi Kita dengan mematuhi PROTAP KESEHATAN inshaalloh lebih banyak terjamin kesehatan kita, tetap semangat bunda yang berkoar negatif biarkan yang penting kita mematuhi aturan kesehatan bun

    BalasHapus

Posting Paling Populer

Latihan Mengoja Diri