Alhamdulillah sudah hari ke-19 di bulan April. Ini artinya saya harus menulis berdasarkan huruf S. Wooow,,, nulis apa yah?? berusaha menulis walaupun sering tertinggal. Kok bisa? saya bertanya dalam diri, selama ini terkadang kalau sudah lelah saya suka lupa menulis, jadi tidur saja dulu biar badan segar kembali he,,,he,,.
Setelah saya berpikir, berkeliling didunia pikiran sambil di temani secangkir kopi hangat. Akhirnya saya. mau nulis tentang " Salah Sosialisasi, Semua Jadi Kacau". Ini berdasarkan pengalaman yang sering saya alami baik di sekolah maupun di rumah. Sosialisasi apa sih? Ya apa saja, semua hal baru berarti harus disosialisasikan terlebih dahulu. Mau itu tentang Peraturan Pemerintah, Perubahan UU, Tata tertib, jadwal keberangkatan, model pembelajaran dan semuanya, tergantung di mana kita berada. Kalau perubahan yang tidak disosialisasikan terlebih dahulu maka jangan harap akan sesuai dengan harapan.
Contohnya yang biasa dilakukan di sekolah, kalau kita akan memberikan tugas sudah pasti harus disosialisasikan terlebih dahulu, tata caranya, tahap- tahapnya, tanggal dikumpulkannya, bentuk tugasnya, pokoknya sedetil mungkin. Jangan sekali-kali kita menganggap semua siswa bisa langsung paham. Kita sebagai guru harus memberikan ruang dan waktu kepada siswa untuk berkonsultasi. Tingkat pemahaman manusia berbeda-beda. Kita harus pahami itu. Banyak kejadian yang berujung keributan cuma karena kurang sosialisasi, kok bisa?. Itulah kenyataannya di masyarakat. Kita lihat definisi sosialisasi menurut Sutaryo (2004) dalam buku Dasar-Dasar Sosialisasi.
"Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem pada seseorang serta bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan dan reaksinya"
Dalam sosialisasi sudah barang tentu yang menjadi kunci utamanya adalah interaksi. Kalau tidak ada interaksi bagaimana mungkin sosialisasi akan berjalan mulus. Ada berbagai cara untuk mensosialisasikan sesuatu di antaranya melalui media online, media cetak, media massa. Bagaimana cara mensosialisasikan dimasa pandemi ini? pastilah agak susah ya terutama bagi sebagian masyarakat yang tidak memiliki fasilitas yang memadai. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa selama masa pandemi ini kita semua diharuskan WFH dan anak sekolah pun harus melakukan kegiatan BDR atau di sebut juga PJJ. Ini merupakan keputusan yang harus diambil oleh negara kita terkait semakin meluasnya penyebaran virus Covid-19. Terus terang awalnya saya sangat susah menerima kenyataan, bagaimana tidak, ini hal baru dan harus menggunakan fasilitas internet yang memadai.
Terdapat banyak kendala dalam pelaksanaan PJJ baik dari pihak guru maupun dari pihak siswa. Apalagi kenyataan yang ada di masyarakat bahwa tidak semua siswa mempunyai fasilitas yang sama itu semua terkait faktor ekonomi. Kita sebagai guru dan berperan sebagai ujung ombak dari kegiatan sosialisasi ini. Banyak sekali siswa yang bertanya, saya tangani dengan perlahan, agar mereka segera memahaminya. PJJ berarti segala kegiatan harus online oleh karena itu berarti siswa dan guru harus selalu mempunyai kuota agar PJJ berjalan lancar. Ternyata masalah bukan hanya kuota saja, ternyata di antara siswa pun ada yang belum mengerti bagaimana cara mengoperasikan handphone. Dan banyak lagi masalah yang terjadi.
Kamipun menyampaikan masalah ini kepada pemangku keputusan dalam hal ini kepala sekolah. Akhirnya semua guru dikumpulkan dan dilatih tentang kegiatan PJJ, terutama yang berkaitan dengan hal teknis. Alhamdulillah sedikit demi sedikit siswa kitapun mulai memahami dan bisa mengikuti kegiatan PJJ. Masalah muncul setelah para walikelas melaporan kegiatan PJJ bahwa banyak siswa yang tidak bisa mengikuti PJJ. Para walikelas diharuskan mendatangi siswa yang tidak bisa mengikuti kegiatan PJJ dan akhirnya terungkaplah bahwa semua permasalahan adalah kurangnya sosialisasi dari pihak sekolah dan adanya sikap abai dari guru sehingga siswa malas mengikuti PJJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar